samawakuta

Saling sebalong saling sakiki nan tegas tau telas
.

Powered By Blogger
@ndi Amin. Diberdayakan oleh Blogger.

Andy

Andy
pang samawa

my twin

my twin
twin

Andismawa

andismava
Latest Article Get our latest posts by subscribing this site

Wisudawan

Rabu, 26 September 2012

Wisudawan gue

Imposibel Dream

Rabu, 25 Juli 2012

Kamu tetep begitu yah, jangan berubah.
tuggu Aku agak tuA dikit..!!!!??????

ungkapan tak romantis

Selasa, 24 Juli 2012

Dalam imaginasiku.
dalam dadaku.
dalam ingatanku.
dalam setikap langkahku.
dalam setiap ucapanku.
lembaran-lembaran kisah hidupku.
ku merasakan kehadiranmu.

terimakasih ya Allah atas semua anugrah yang engkau berikan kepadaku,, semua yang engkau berikan kepadaku adalah yang terbaik buatku.

CABE

kata orang mencintai itu mudah, tp di cintai oleh org yg kita cinta itu suatu hal yang sulit.
tp apaLah semua itu, bagiku bisa merasakan mencinta saja cukup merupakan anugrah tuhan yang paling istimewa dan paling berharga. betapa tidak, bayangkan manusia dan seluruh mahluk ini,  eksistensinya berawal dari cinta, rahman dan rahim Allah kepada mahluknya.
demikian yang aku rasakan saat ini, yang ingin aku gambarkan semuanya, tp CINTA bukanlah sesuatu yang dapat di gambarkan dengan kata-kata atau rasionalisasi akal, yahh kurang lebih seperti itu.
catatan ini aku hanya ingin mengapresiasikan setitik saja mungkin, tak lebih sebagai bingkaian perjalananku. semuanya tak harus aku terima dengan keinginanku, paling tidak aku bisa memberi sbg apresiasiku padamu pemilik hatiku.

Proposal ( kepemimpinan kharismatik kiai As'ad )

Senin, 07 Mei 2012


UKPK Abadi Nan Jaya



PROPOSAL PENELITIAN
A.  JUDUL PROPOSAL PENELITIAN
Kepemimpinan Kharismatik Kyai As’ad Syamsul Arifin

B.  LATAR BELAKANG MASALAH
Kepemimpinan merupakan kekuatan aspirasional, kekuatan semangat, dan kekuatan moral yang kreatif yang mampu mempengaruhi para anggota untuk mengubah sikap, sehingga mereka menjadi konform dengan keinginan pemimpin.  Untuk itu, maka gaya seseorang di dalam memimpin akan amat berpengaruh terhadap organisasi yang dipimpinnya, baik pengaruh itu bersifat positif maupun negatif terhadap organisasi tersebut. Covey sebagaimana dikutip oleh Muhaimin et, al [1]menyatakan bahwa 90 persen dari semua kegagalan kepemimpinan adalah kegagalan pada pada karakter
Beberapa tipe kepemimpinan telah dikenal, di antaranya adalah tipe kepemimpinan Karismatis. Kepemimpinan karismatik selama ini selalu identik dengan pengamatan pemimpin di politik dan keagamaan bukan kepemimpinan organisasi dan perusahaan. Kharisma berasal dari bahasa yunani diartikan karunia yang diinspirasi ilahi (divenely inspired gift) seperti kemampuan meramal dimasa yang akandatang.
Tokoh agama biasanya adalah seorang tokoh yang memiliki kharisma yang sangat besar dimata pengikut agama tersebut dalam hal apapun.salah satunya yaitu K.H.R. As’ad Syamsul Arin. Kiai As’ad dikenal sebagai mediator berdirinya Nahdlodul Ulama (NU), beliau juga dikenal sebagai pekerja keras dan gigih dalam memperjuangkan kepentingan agama dan bangsa. Pesantren sukorejo merupakan salah satu bukti nyata kepiawaian kiai As’ad dalam memperjuangkan agama. Pengaruhnya yang sedemikian luas, terutama didaerah tapal kuda, juga menjadi bukti lain besarnya kewibawaan dan kharisma kiai As’ad. Pada zaman perang juga beliau turut andil di garis terdepan. Selain ituyang banyak di abaikan oleh banyak orang yaitu mengenai kepiawaian kiai as’ad dalam mengelola para bajingan, bandit, penjudi dan semacamnya dalam wadah pelopor.
Seperti diketahui bahwa di lembag-lembaga pendidikan islam pola kepemimpinannya yang sangat berpengaruh dan dikenal adalah pola kepemimpinan kharismatik. Namun seiring dengan zaman di arus globalisasi pola kepemimpinan terutama di lembaga-lembaga pendidikan Islam terutama pesantren mulai mengalami perubahan dan banyak terjun kedunia perpolitikan. Adanya hal semacam ini pola kepemimpinan pondok pesantren yang khas seperti kharisma kiai semakin menghilang, sehingga perlu adanya penjagaan terhadap nilai-nilai tradisi dan sistem tradisional yang baik yang dapat meningkatkan kualitas dari pesantren.


C.  Alasan Pemilihan Judul
Sebagai upaya melegitimasi kriteria dalam penelitian, peneliti akan menguraikan beberapa alasan argumentatif mengapa peneliti memilih judul Kepemimpinan Kharismatik Kiai As’ad Syamsul Arifin, yang kemudian akan disesuaikan dengan beberapa faktor yang harus dipenuhi oleh peneliti.
Dalam penelitian pendidikan (Tarbiyah), pemilihan judul ini sebenarnya terdapat beberapa alasan mendasar yang menjadi latar belakang kajiannya, sehingga penelitian ini dapat dipertangung jawabkan secara akademis dan ilmiah. Adapun alasan-alasan tersebut sebagai berikut:
1. Alasan Objektif
1.         Judul ini dipilih karena masalah kepemimpinan merupakan salah satu penentu eksistensi suatu organisasi.
2.         Pentingnya menelusuri Kepemimpinan Kiai. As’ad Syamsul Arifin sebagai salah satu kiai yang mempunyai kharismatik besar di Indonesia.
3.         Pentingnya Kepemimpinan kharismatik untuk diteliti sebagai filter arus transformasi pola kepemimpinan pendidikan pesantren di era modern.
2. Alasan Subjektif
1.         Judul diatas sangat menarik dan relevan untuk diteliti serta tidak menyimpang dari spesialisasi keilmuan peneliti pada Jurusan Tarbiyah Program Studi kependidikan Islam.
2.         Tersedianya literatur-literatur pendukung sebagai referensi untuk dijadikan rujukan penelitian.
3.         Kesediaan dan kesiapan peneliti dalam mengkaji kepemimpinan kharismatik Kiai As’ad Syamsul Arifin secara teoritik dan konseptual.
4.         Adanya kesediaan dosen pembimbing untuk memberikan arahan pemikiran dan motivasi dalam penyusunan skripsi.
5.         Adanya manfaat bagi peneliti ataupun pihak lain.
D.  FOKUSKAJIAN
Perumusan masalah dalam penelitian pustaka disebut dengan istilah fokus penelitian.[2]Adapun fokus penelitian yang akan dikaji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1.  Bagaimana  kepemimpinan kharismatik?
2.  Bagaimana  kepemimpinan kharismatik Kiai s’ad Syamsul Arifin ?

E.   TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian adalah sebagai jawaban yang ingin ditemukan dari suatu penelitian. Perumusan tujuan penelitian harus sejalan dengan rumusan masalah penelitian.[3]
Sehubungan dengan pengertian diatas, maka dalam penelitian ini mempunyai tujuan yang akan dicapai sebagai berikut :
1.        Untuk mengetahui dan mendeskripsikan Kepemimpinan kharismatik secara toritik dan aplikatif sosial.
2.        Untuk mengetahui dan mendeskripsikan konsep kepemimpinan kharismatik.
3.        Untuk mengetahui dan mendeskripsikan realisasi Kepemimpinan kharismatik Kiai As’ad Syamsul Arifin.

F.   MANFAAT  PENELITIAN
Relevan dengan tujuan penelitian, maka secara akademik penelitian  tentang Kepemimpinan kharismatik Kiai As’ad Syamsul Arifinini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain :
1.      Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan atau mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh, sehingga mendapat pengetahuan maupun pengalaman baru serta dapat mendorong dalam menggali literatur-literatur yang berhubungan dengan Kepemimpinan kharismatik.
2.      Bagi STAIN Jember, diharapkan memberikan kontribusi pemikiran kependidikan Islam yang dapat di konsumsi dan bermanfaat sebagai upaya inovasi ilmiyah, sekaligus memperkaya khazanah keilmuan yang cukup aktual, strategis dan marketable serta dapat dijadikan pertimbangan bagi kajian lebih lanjut serta memberikan cakrawala berpikir bagi teman-teman mahasiswa.
3.      Bagi masyarakat secara umum, diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran terhadap Kependidikan islam, kepemimpinan, serta dengan adanya penelitian tentang Kepemimpinan kharismatik Kiai As’ad Syamsul Arifin ini dapat di jadikan pegangan oleh masyarakat dalam hal kepemimpinan kharismatik khususnya mengenai kiai As’ad Syamsul Arifin.
G.  DEFINISI ISTILAH
Untuk mempermudah dalam memberikan pemahaman dan menghidari terjadinya miskonsepsi terhadap pokok bahasan penelitian yang berjudul Kepemimpinan Kharismatik Kiai As’ad Syamsul Arifin, maka perlu di uraikan kata-kata yang di anggap penting, antara lain:
1.      Kepemimpinan
Kepemimpinan  menurut kamus Besar Bahasa Indonesia  (2002:874) adalah cara memimpin suatu organisasi, meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Tjutju Yuniarsih dan Suwatno menyatakan “Kepemimpinan adalah kemampuan dan kekuatan sesorang (baca:pemimpin) untuk mempengaruhi (mindset)  orang lain agar mau dan mampu mengikuti kehendaknya, dan memberikan inspirasi kepada pihak lain untuk merancang sesuatu agar lebih bermakna”.[4]
Miftah Thoha mengemukakan bahwa “Pemimpin juga berperan sebagai simbol dan sebagai inspirasi bagi bawahannya untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang telah diberikan kepada mereka”.[5]
Menurut Hadari Nawawi (2006: 33) “Kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan orang lain untuk mencapai tujuan secara antusias melalui kerjasama yang efektif”.[6]

2.      Kharismatik
Karisma adalah suatu kata yang berasal dari yunani yang berarti “pemberian tuhan”. Seperti halnya kemampuan untuk memprediksi kejadian dimasa mendatang. Seorang sosiolog Max Weber (1947) menggunakan istilah ini untuk menjelaskan bentuk dari pengaruh suatu persepsi terhadap bawahan yang menjelaskan bahwa pemimpin diberkahi oleh suatu kemampuan lebih.Karisma adalah daya tarik seseorang yang tidak bisa dibeli dengan uang. Itu adalah energi yang tidak nampak akan tetapi efeknya nyata (Marriane Williamson).
Seorang pemimpin yang memiliki kemampuan pribadi luar biasa muncul dengan visi yang radikal, yang memberikan solusi atas masalah yang sedang terjadi. Hal ini membuat para bawahan menjadi tertarik dan meyakini bahwa pimpinanya memiliki kelebihan yang luar biasa. Selama beberapa tahun sejak Weber mengemukakan theori itu, beberapa dari sosiolog dan polotisi telah melakukan usaha untuk menjelaskan mengenai karisma dan menganalisis kondisis dimana hal tersebut terjadi.
Banyak sekali kontroversi mengenai karisma, apakah karisma itu merupakan kemampuan khusus dari pemimpin, kondisi pekerjaan, ataukah suatu proyeksi interaktif antar pimpinan dan bawahan. Saat ini beberapa theoritikus menganggap bahwa karisma adalah suatu hasil dari kemampuan memahami dan mempengaruhi para bawahan atau bawahan. Hal ini hanya bisa dilakukan oleh pemimpin yang berkualitas dan perilaku yang sesuai dengan keadaan saat itu.
H.  KAJIAN KEPUSTAKAAN

1.         Penelitian Terdahulu
Pada baggian ini peneliti akan mencamtumkan hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang hendak dilakukan. Dengan melakukan langkah ini, maka akan dilihat samapi sejauh mana orisinalitas dan posisi penelitian yang hendak dilakukan. Diantara penelitian yang menkaji tentang Kiai As’ad Syamsul Arifin adalah Penelitian dari Fuad Hasan, yang berjudul “ Khittah pesantren Perspektif K.H.R. As’ad Syamsul Arifin”. Dalam Skripsi tersebut, penulis membahas tentang Pemikiran Kiai As’ad Syamsul Arifin dalam hal Khittah Pesantren.
Berbeda dengan penelitian sebelumnya, dimana peneliti disini akan mengkaji serta akan meneliti tentang bagaimana kepemimpinan Kharismatik dari kiai As’ad Syamsul Arifin.
2.    Kajian Teori
A.    Kepemimpinan Karismatik
Konsep kharismatik (charismatic) atau kharisma (charisma) menurut Weber (1947) lebih ditekankan kepada kemampuan pemimpin yang memiliki kekuatan luarbiasa dan mistis. Menurutnya, ada lima faktor yang muncul bersamaan dengan kekuasaan yang kharismatik, yaitu : Adanya seseorang yang memiliki bakat yang luarbiasa, adanya krisis sosial, adanya sejumlah ide yang radikal untuk memecahkan krisis tersebut, adanya sejumlah pengikut yang percaya bahwa seseorang itu memiliki kemampuan luarbiasa yang bersifat transendental dan supranatural, serta adanya bukti yang berulang bahwa apa yang dilakukan itu mengalami kesuksesan.[7]
House berpendapat bahwa seorang pemimpin karismatik mempunyai dampak yang dalam dan tidak biasa terhadap para pengikut, mereka merasakan bahwa keyakinan-keyakinan pemimpin tersebut adalah benar, mereka menerima pemimpin tersebut tanpa mempertanyakannya lagi, mereka tunduk kepada pemimpin dengan senang hati, mereka merasa sayang terhadap pemimpin tersebut, mereka terlibat secara emosional dalam misi kelompok atau organisasi tersebut, mereka percaya bahwa mereka dapat memberi kontribusi terhadap keberhasilan tersebut, dan mereka mempunyai tujuan-tujuan kinerja tinggi.
a)      Ciri-ciri pemimpin
Pemimpin karismatik kemungkinan akan mempunyai kebutuhan yang tinggi akan kekuatan, rasa percaya diri, serta pndirian dalam keyakinan-keyakinan dan cita-cita mereka sendiri. Suatu kebutuhan akan kekuasaan memotivasi pemimpin tersebut untuk mencoba mempengaruhi para pengikut. Rasa percaya diri dan pendirian yang kuat meningkatkan rasa percaya para pengikut terhadap pertimbangan dan pendapat pemimpin tersebut.
b)      Perilaku-perilaku kepemimpinan
Beberapa perilaku yang ditunjukkan oleh pemimpin karismatik:
1.        Para pemimpin karismatik menunjukkan perilaku-perilaku yang dirancang untuk menciptakan kesan di antara para pengikut bahwa pemimpin tersebut kompeten.
2.        Para pemimpin karismatik akan menekankan pada tujun-tujuan ideologis yang menghubungkan misi kelompok dengan nilai-nilai, cita-cita, serta aspirasi-aspirasi yang berakar dalam dan dirasakan bersama oleh para pengikut.
3.        Para pemimpin karismatik akan menetapkan suatu contoh salam perilaku mereka sendiri agar diikuti oleh para pengikut.
4.        Pemimpin karismatik akan mengkomunikasikan harapan-harapan yang tinggi tentang kinerja para pengikut sedangkan pada saat bersamaan juga mengekspresikan rasa percaya tentang kinerja para pengkut sedangkan pada saat yang bersamaan juga mengekspresikan rasa percaya terhadap para pengikut.
5.        Pemimpin karismatik akan berusaha berperilaku dengan cara yang menimbulkan motivasi yang relevan bagi misi kelompok.
2) Teori Atribusi Tentang Karisma
Conger dan Kanungo menyarankan sebuah teori tentang kepemimpinan karismatik yang didasarkan atas asumsi bahwa karisma adalah sebuah fenomena atribusi.
a)      Perilaku-perilaku kepemimpinan
Conger dan Kanungo menyatakan bahwa atribusi karisma oleh para pengikut tergantung kepada beberapa aspek perilaku pemimpin. Perilaku-perilaku tersebut tidak diasumsikan ada pada semua pemimpin karismatik dengan tingkat tertentu kepada situasi kepemimpinan. Adapun perilaku-perilaku pemimpin karismatik tersebut adalah sebagai berikut.
1.      Karisma akan diatribusikan kepada para pemimpin yang membela sebuah visi yang sangat tidak sesuai dengan status quo, namun masih tetap berada dalam ruang gerak yang dapat diterima oleh para pengikut.
2.      Karisma akan diatribusikan kepada para pemimpin yang bertindak secara tidak konvensional untuk mencapai visi tersebut.
3.      Para pemimpin akan tampak karismatik bila mereka membuat pengorbanan-pengorbanan bagi diri sendiri, mengambil risiko pribadi, dan mendatangkan biaya tinggi untuk mencapai visi yang menreka dukung
4.      Para pemimpin yang tampak percaya diri dengan usulan-usulannya akan dipandang lebih karismatik daripada pimpinan yang tampak ragu-ragu.
5.      Para pengikut akan mengatribusikan karisma kepada para pemimpin yang menggunakan personal power dan permintaan persuasif untuk memperoleh komitmen, daripada kepada para pemimpin yang menggunakan kewenangan atau sebuah proses pengambilan keputusan partisipatif.
b)      Ciri-ciri dan keterampilan para pemimpin karismatik
Risiko yang terkait dalam penggunaan strategi-strategi baru membuat pentingnya para pemimpin tersebut untuk mempunyai keterampilan dan keahlian untuk melaksanakan strategi-strategi tersebut. Ketepatan waktu bersifat kritis; strategi yang sama dan berhasil pada suatu saat tertentu dapat sepenuhnya gagal bila diimplementasikan terlalu cepat atau terlalu lambat. Para pemimpin perlu untuk peka terhadap kebutuhan-kebutuhan dan nilai-nilai para pengikut dan juga terhadap lingkungan agar dapat mengidentifikasi sebuah visi yang inovatif, relevan, tepat waktu dan menarik.
Conger dan Kanungo mengatakan ada lima dimensi prilaku yang harus dimiliki seorang pemimpin kharismatik, yaitu[8] :
1)      Peduli terhadap konsteks lingkungannya.
2)      Memiliki strategi dan artikulasi visi.
3)      Peduli terhadap kebutuhan pengikutnya.
4)      Memiliki personal risk, serta memiliki prilaku yang tidak konvensional.
  1. SIFAT PEMIMPIN
Seorang pemimpin yang berkarisma memiliki kekuatan yang besar, rasa percaya diri yang tinggi, serta pendirian yang kuat. Sebuah tujuan yang besar memotivasi pemimpin untuk berusaha mempengaruhi bawahannya. Seorang pemimipin yang tidak memiliki sifat-sifat diatas akan sangat sulit untuk mempengaruhi bawahanya.
Adapun karakteristik utama pemimpin kharismatik Conger dan Kanungo (Robins, 1996) menguraikan , yaitu:
a.       Percaya diri, pemimpin tersebut benar-benar percaya akan penilaian dan kemampuan yang dimilikinya.
b.      Satu visi, merupakan tujuan ideal yang mengajukan suatu masa depan yang lebih baik.
c.       Kemampuan untuk mengungkapkan visi dengan gamblang. Pemimpin mampu memperjelas dan menyatukan visi dalam kata-kata yang dapat dipahami oleh orang lain. Artilkulasi ini menunjukkan suatu pemahaman akan kebutuhan para pengikut dan oleh karena itu akan bertindak sebagai suau kekuatan motivasi.
d.      Keyakinan kuat mengenai visi tersebut. Pemimpin karismatik memiliki komitmen yang kuat dan bersedia mengambil risiko pribadi yang tinggi, mengelarkan biaya tinggi, dan melibatkan diri dalam pengorbanan untuk mencapai visi tersebut.
e.       Perilaku yang diluar aturan. Pemimpin karismatik ikut serta dalam perilaku yang dipahami sebagai sesuatu yang baru, tidak konvensional, dan berlawanan dengan norma-norma. Bila berhasil, perilaku ini menimbulkan kejutan dan kekaguman para pengikut.
f.       Dipahami sebagai sebagai seorang agen perubahan. Pemimpin karismatik dipahami sebagai agen perubahan yang radikal.
g.      Kepekaan lingkungan. Pemimpin ini mmpu membuat penilaian yang realistis terhadap kendala lingkungan dan sumber daya yang diperlukan untuk menghasilkan perubahan.
  1. PERILAKU PEMIMPIN
Para pemimpin yang berkarisma sering menjaga perilakunnya didepan para bawahannya agar dirinya terkesan berkompeten dibidangnya. Seorang pemimpin yang berkarisma pandai dalam menyuarakan idiologinya yang berhubungan dengan tujuan organisasi, sehingga dapat menciptakan aspirasi bersama yang diakomodasikan terhadap bawahan. Keterlibatan emosi seoarang pemimpin dengan bawahanya memberikan suatu tujuan yang jelas bagi bawahanya. Bahkan ketidakhadiran seoarang pemimpin akan memberikan dampak yang besar bagi para bawahanya.
Pemimpin yang berkarismatik suka memberikan contoh –contoh perilaku yang baik agar ditiru oleh para bawahanya. Dalam proses ini pemimpin mampu memberikan kepuasan dan motivasi kepada bawahanya. Mereka suka memberikan motivasi secara bertahap dan berkesinambungan kepada bawahanya agar menumbuhkan rasa percaya diri yang tinggi terhadap para bawahanya. Motivasi ditumbuhkan dengan memberikan pujian-pujian dan daya tarik emosional kepada bawahanya. Hal ini akan senantiasa menumbuhkan rasa percaya diri seorang bawahan dan secara tidak langsung menghidupkan karisma seorang pimpinan.
  1. PROSES MEMPENGARUHI
Beberapa teori-teori membahas mengenai bagaimana karisma seorang pemimpin mempengaruhi bawahanya. Disana dibahas mengenai mengapa seorang bawahan begitu kuat terpengaruh oleh karisma pimpinanya dalam menyelasaikan sebuah misi. Hal-hal yang mempengaruhi proses pengaruh karismatik seorang pemimpin yaitu adalah:
1)        Identifikasi pribadi (personal identification), identifikasi pribadi merupakan sebuah proses mempengaruhi yang dyadic yang terjadi pada beberapa orang pengikut namun tidak pada yang lainnya. Proses ini akan paling banyak terjadi pada para pengikut yang mempunyai rasa harga diri rendah, identitas diri rendah, dan kebutuhan yang tinggi untuk menggantungkan diri kepada tokoh-tokoh yang berkuasa. Shamir dan kawan-kawan mengakui bahwa identifikasi pribadi dapat terjadi pada beberapa orang pengikut dari para pemimpin karismatik, namun mereka kurang menekankan pada penjelasan tersebut karena masih ada proses-proses lainnya.
2)        Identifikasi sosial (sosial identification). Identifikasi sosial merupakan sebuah proses mempengaruhi yang menyangkut defenisi mengenai diri sendiri dalam hubungannya dengan sebuah kelompok atau kolektivitas. Para pemimpin karismatik meningkatkan identifikasi sosial dengan membuat hubungan antara konsep diri sendiri para pengikut individual dan nilai-nilai yang dirasakan bersama serta identitas-identitas kelompok. Seorang pemimpin karismatik dapat meningkatkan identifikasi sosial dengan memberi kepada kelompok sebuah identitas yang unik, yang membedakan kelompok tersebut dengan kelompok-kelompok yang lain.
3)        Internalisasi (internalization). Para pemimpin karismatik mempengaruhi para pengikut untuk merangkul nilai-nilai baru, namun lebih umum bagi para pemimpin karismatik untuk meningkatkan kepentingan nilai-nilai yang ada sekarang pada para pengikut dan dengan menghubungkannya dengan sasaran-sasaran tugas. Para pemimpin karismatik juga menekankan aspek-aspek simbolis dan ekspresif pekerjaan itu, yaitu membuat pekerjaan tersebut menjadi lebih berarti, mulia, heroic, dan secara moral benar. Para pemimpin karismatik tersebut juga tidak menekankan pada imbalan-imbalan ekstrinsik dalam rangka mendorong para pengikut untuk memfokuskan diri kepada inbalan-imbalan intrinsik dan meningkatkan komitmen mereka kepada sasaran-sasaran objektif.
4)        Kemampuan diri sendiri (self-efficacy). Efikasi diri individu merupakan suatu keyakinan bahwa individu tersebut mampu dan kompeten untuk mencpai sasaran tugas yang sukar. Efikasi diri kolektif menunjuk kepada persepsi para anggota kelompok bahwa jika mereka bersama-sama, mereka akan dapat menghasilkan hal-hal yang luar biasa. Para pemimpin karismatik meningkatkan harapan dari para pengikur bahwa usaha-usaha kolektif dan individual mereka untuk melaksanakan misi kolektif, akan berhasil,
I.     METODOLOGIPENELITIAN
Dalam sebuah penelitian dikenal istilah metode penelitian. Metode di sini diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang digunakan dalam sebuah penelitian. Sedangkan penelitian itu sendiri didefinisikan sebagai upaya dalam bidang pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan sebuah kebenaran.[9]
Metode penelitian merupakan suatu kegiatan yang menuntut obyektifitas baik di dalam proses, pengukuran maupun menganalisa dan menyimpulkan hasil penelitian yang mementingkan aplikasi di dalam memecahkan masalah yang mengikuti proses identifikasi masalah, observasi, analisa dan menyimpulkan. Jadi, metode ini menjadi urgensi dalam sebuah penelitian ilmiah.
1.      Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Bagdan dan Taylor mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan kualitatif ini diarahkan pada latar dan individu secara holistik.[10]

2.      Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (Library Reseach) yang artinyapenelitianyang dilaksanakan dalam ruang kerja penelitian atau dalam ruang perpustakaan, sehingga peneliti memperoleh data dan informasi tentang obyek penelitian lewat buku-buku atau alat-alat audiovisual.[11]
Penelitian ini juga menggunakan pendekatan Historis- Filosofis.   Yang dimaksud dengan Historis adalah proses yang meliputi sejarah bahkan untuk memahami kenyataan situasi sekarang dan meramalkan perkembangan yang akan datang.
Sedangkan pendekatan Filosofis adalah menganalisis sejauh mungkin pemikiran yang diungkapkan sampai kepada landasan yang mendasari pemikiran tersebut. pengumpulan dan penafsiran gejala untuk memahami kenyataan.

3.      Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini bersumber dari dokumen perpustakaan, terdiri atas dua jenis sumber, yakni sumber primer dan sekunder. Sumber utama atau primer yang dikaji dalam penelitian ini adalah buku-buku Tentang kepemimpinan kharismatik, seperti kharisma kiai As’ad di mata umat Sedangkan buku-buku lain, artikel, majalah, dan lain-lain yang berkaitan dengan masalah pendidikan Islam, khususnya tentang Kepemimpinan kharismatik kiai As’ad Syamsul Arifin adalah sebagai sumber sekunder atau penunjang.
4.      Metode Pengumpulana Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi. Dengan metode ini peneliti akan berusaha untuk mencari data-data yang memiliki relevansi dengan penelitian ini, baik dari data primer maupun sekunder sebagaimana disebutkan di atas. Adapun alasan yang membuat peneliti memilih metode ini adalah karena dibandingkan dengan metode lain, metode ini tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum berubah.[12]
5.      MetodeAnalisa Data
Bogdan dan Biklen mendefinisikan analisis data sebagai upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnyamenjadi satuan yang dapat dikelola, ensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.[13] Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Content analisis.
Content analisis merupakan analisis ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi.yang mencakup upaya klasifikasi tanda-tanda yang di pakai dalam komunikasi dan menggunakan kriteria sebagai dasar klasifikasi dan menggunakan tehnik analisis tertentu sebagai pembuat prediksi.[14]
6.      Uji Keabsahan Data
Dalam penelitian ini pemerikasaan datanya menggunakan triangulasi sumber, yang berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang di perolah melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Adapun langkah-langkahnya ada lima,tetapi yang berkaitan langsung dengan kajian ini yaitu langkah untuk membandingkan keadaan dan persepektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain.[15]
Uji keabsahan data penelitian ini juga meliputi uji credibility (validitas internal) dalam mengukur nilai kebenarannya, transferability (validitas eksternal) untuk penerapannya, konsistensi di uji dengan dependbility (reliabilitas), dan uji confirmability (obyektivitas).[16]
J.    SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Agar pembahasan ini tidak keluar dari jalur yang telah ditentukan dan agar lebih berarti susunannya, maka perlu kiranya memberikan gambaran sistema pembahasan sebagai berikut:
Bab pertama adalah pendahuluan, merupakan pertanggungjawaban metodologis terdiri atas latar belakang masalah, alasan pemilihan judul, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, metode dan prosedur penelitian serta sistematika pembahasan.
Bab dua, kajian kepustakaan, pada bab ini akan dipaparkan kerangka pemikiran secara literer yang berhubungan dengan judul penelitian ini. Dalam hal ini terdiri atas sub bahasan mengenai pengertian Kepemimpinan Kharismatik.
Bab tiga, berisi hasil penelitian. Dalam bab ini akan disajikan biografi kiai As’ad Syamsul Arifin dan Kepemimpinan Kharismatik Kiai As’ad.
Bab empat adalah penutup, yang terdiri atas kesimpulan dan saran.
Sebagai acuan dan data yang dihasilkan dalam penyusunan penelitian ini akan dicantumkan daftar kepustakaan dan lampiran-lampiran.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Arif , Mahmud,2008,pendidikan tranforrnatif,yogjakarta: LKiS.
Hasan, Syamsul.A, 2003, Kharisma Kiai As’ad di mata Umat, Yogyakarta: Pustaka pesantren
Basri, Hasan, 1994, Riwayat Hidup dan perjuangannya, Surabaya: Sahabat Ilmu.
Kartono, Kartini, 2009, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: Raja Grafindo
Partanto, Pius.A, dan Barry, M. Dahlan, 1994, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola
Moleong,Lexy J. 2009.Metodologi Penelitian Kualitatif.Cet. XXVI. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Muhaimin,et.al,2010, Manajemen dan Kepemimpinan Sekolah/Madrasah, Jakarta:Kencana Prenada Media Group
Sukamto, 1999, Kepemimpinan kiai dalam pesantren, Jakarta: Pustaka LP3ES
Tim Penyusun. 2009.Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa, Jember: STAIN.
Wiariadiharja, Moeftie, Dimensi kepemimpinan dalam manajemen, Jakarta: Balai Pustaka

Miftah Thoha .Kepemimpinan Dalam Manajemen
Hadari Nawawi, et.al. 2006. Kepemimpinan yang Efektif. Yogyakarta : UGM Press
Weber, Max, 1947. The Theory of Social and Economic Organization. Diterjemahkan oleh A.M. Henderson dan Talcott Parsons. New York USA: Oxford University Press.
Judul Charismatic Leadership In Organizations Pengarang Conger, Jay A. ; Kanungo, Rabindra N. ; Institusi Sage Tahun Terbit 1998 Kode Panggil 658,4092, Con, c Desc Fisik 288 hal. Subyek Executive ability;Leadership;Organizational effectiveness Lokasi PDII-umu Daftar Pustaka Bidang Ilmu : Manajemen | Akses Terahir : 2011-12-28 | | Hits : 6/0
Conger, J.A., & Kanungo, R.N., (1987), “Toward a Behavioral Theory of Charismatic Leadership in Organizational Setting”, Academy of Management Review, 12(4): 637-647.
http://digilib.sunan-ampel.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptiain--ummilailan-9476


[1]Muhaimin, et. al, Manajemen dan Kepemimpina Sekolah/Madrasah, (2010) Jakarta:Kencana Prenada Media Group, hal : 29
[2]Tim Penyusun, Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa, (Jember: STAIN, 2009), 85
[3]Sitorus, Berkenalan Dengan Sosiologi: Jilid II, (Jakarta: Erlangga, 2000), 72
[4] Tjuju Yuniarti & suwatno, 2008, manajemen sumber daya manusia teori, aflikasi dan isu penelitian, Bandung: CV. Alfabeta hal 165
[5] Thoha, Miftah. 1983. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: Rajawali Pers. Hal 13
[6] Nawawi, Hadari, 2006, Manajemen Sumber Daya Manusia : Untuk Bisnis Yang Kompetitif, Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Hal 33
[7] Max Weber, 1947. The Theory of Social and Economic Organization. Diterjemahkan oleh A.M. Henderson dan Talcott Parsons. New York USA: Oxford University Press. Hal 152
[8] Conger, Jay A. Kanungo, Rabindra N, 1998. Charismatic Leadership In Organizations, Institusi Sage, hal 45.
[9]Mardalis, metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), 24
[10]Lexy Moleong, 2005, Metodologi Penelitian kualitatif,(Bandung: PT Rema Rosda Karya),4
[11]Kinaya Djojosuroto dan M.L.A. Sumaryati, Prinsip-prinsip Dasar Penelitian Bahasa dan Sastra (Bandung: Nuansa, 2004), 10
[12] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek(Jakarta : Rineka Cipta, 2006), 231
[13] Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. XXVI, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), 248
[14]Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasir, 2000), 8
[15]Moleong, Metodologi Penelitian, 178.
[16]Sugiyono, Metode Pendekatan, 366-378.

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Andy.Samawa - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger