Latest Article Get our latest posts by subscribing this site
Imposibel Dream
Rabu, 25 Juli 2012
Kamu tetep begitu yah, jangan berubah.
tuggu Aku agak tuA dikit..!!!!??????
tuggu Aku agak tuA dikit..!!!!??????
ungkapan tak romantis
Selasa, 24 Juli 2012
Dalam imaginasiku.
dalam dadaku.
dalam ingatanku.
dalam setikap langkahku.
dalam setiap ucapanku.
lembaran-lembaran kisah hidupku.
ku merasakan kehadiranmu.
dalam dadaku.
dalam ingatanku.
dalam setikap langkahku.
dalam setiap ucapanku.
lembaran-lembaran kisah hidupku.
ku merasakan kehadiranmu.
terimakasih ya Allah atas semua anugrah yang engkau berikan kepadaku,, semua yang engkau berikan kepadaku adalah yang terbaik buatku.
CABE
kata orang mencintai itu mudah, tp di cintai oleh org yg kita cinta itu suatu hal yang sulit.
tp apaLah semua itu, bagiku bisa merasakan mencinta saja cukup merupakan anugrah tuhan yang paling istimewa dan paling berharga. betapa tidak, bayangkan manusia dan seluruh mahluk ini, eksistensinya berawal dari cinta, rahman dan rahim Allah kepada mahluknya.
demikian yang aku rasakan saat ini, yang ingin aku gambarkan semuanya, tp CINTA bukanlah sesuatu yang dapat di gambarkan dengan kata-kata atau rasionalisasi akal, yahh kurang lebih seperti itu.
catatan ini aku hanya ingin mengapresiasikan setitik saja mungkin, tak lebih sebagai bingkaian perjalananku. semuanya tak harus aku terima dengan keinginanku, paling tidak aku bisa memberi sbg apresiasiku padamu pemilik hatiku.
tp apaLah semua itu, bagiku bisa merasakan mencinta saja cukup merupakan anugrah tuhan yang paling istimewa dan paling berharga. betapa tidak, bayangkan manusia dan seluruh mahluk ini, eksistensinya berawal dari cinta, rahman dan rahim Allah kepada mahluknya.
demikian yang aku rasakan saat ini, yang ingin aku gambarkan semuanya, tp CINTA bukanlah sesuatu yang dapat di gambarkan dengan kata-kata atau rasionalisasi akal, yahh kurang lebih seperti itu.
catatan ini aku hanya ingin mengapresiasikan setitik saja mungkin, tak lebih sebagai bingkaian perjalananku. semuanya tak harus aku terima dengan keinginanku, paling tidak aku bisa memberi sbg apresiasiku padamu pemilik hatiku.
Proposal ( kepemimpinan kharismatik kiai As'ad )
Senin, 07 Mei 2012
UKPK Abadi Nan Jaya
PROPOSAL
PENELITIAN
A. JUDUL PROPOSAL PENELITIAN
Kepemimpinan
Kharismatik Kyai As’ad Syamsul Arifin
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Kepemimpinan merupakan kekuatan aspirasional, kekuatan semangat,
dan kekuatan moral yang kreatif yang mampu mempengaruhi para anggota untuk
mengubah sikap, sehingga mereka menjadi konform dengan keinginan
pemimpin. Untuk itu, maka gaya seseorang di dalam memimpin akan amat
berpengaruh terhadap organisasi yang dipimpinnya, baik pengaruh itu bersifat
positif maupun negatif terhadap organisasi tersebut. Covey sebagaimana dikutip
oleh Muhaimin et, al [1]menyatakan
bahwa 90 persen dari semua kegagalan kepemimpinan adalah kegagalan pada pada
karakter
Beberapa tipe kepemimpinan telah dikenal, di antaranya adalah tipe
kepemimpinan Karismatis. Kepemimpinan karismatik selama ini selalu identik
dengan pengamatan pemimpin di politik dan keagamaan bukan kepemimpinan
organisasi dan perusahaan. Kharisma berasal dari bahasa yunani diartikan
karunia yang diinspirasi ilahi (divenely
inspired gift) seperti kemampuan meramal dimasa yang akandatang.
Tokoh agama biasanya adalah seorang tokoh
yang memiliki kharisma yang sangat besar dimata pengikut agama tersebut dalam
hal apapun.salah satunya yaitu K.H.R. As’ad Syamsul Arin. Kiai As’ad dikenal
sebagai mediator berdirinya Nahdlodul Ulama (NU), beliau juga dikenal sebagai
pekerja keras dan gigih dalam memperjuangkan kepentingan agama dan bangsa.
Pesantren sukorejo merupakan salah satu bukti nyata kepiawaian kiai As’ad dalam
memperjuangkan agama. Pengaruhnya yang sedemikian luas, terutama didaerah tapal
kuda, juga menjadi bukti lain besarnya kewibawaan dan kharisma kiai As’ad. Pada
zaman perang juga beliau turut andil di garis terdepan. Selain ituyang banyak
di abaikan oleh banyak orang yaitu mengenai kepiawaian kiai as’ad dalam
mengelola para bajingan, bandit, penjudi dan semacamnya dalam wadah pelopor.
Seperti diketahui bahwa di lembag-lembaga
pendidikan islam pola kepemimpinannya yang sangat berpengaruh dan dikenal
adalah pola kepemimpinan kharismatik. Namun seiring dengan zaman di arus
globalisasi pola kepemimpinan terutama di lembaga-lembaga pendidikan Islam
terutama pesantren mulai mengalami perubahan dan banyak terjun kedunia
perpolitikan. Adanya hal semacam ini pola kepemimpinan pondok pesantren yang
khas seperti kharisma kiai semakin menghilang, sehingga perlu adanya penjagaan
terhadap nilai-nilai tradisi dan sistem tradisional yang baik yang dapat
meningkatkan kualitas dari pesantren.
C. Alasan Pemilihan Judul
Sebagai
upaya melegitimasi kriteria dalam penelitian, peneliti akan menguraikan
beberapa alasan argumentatif mengapa peneliti memilih judul Kepemimpinan
Kharismatik Kiai As’ad Syamsul Arifin, yang kemudian akan disesuaikan dengan
beberapa faktor yang harus dipenuhi oleh peneliti.
Dalam
penelitian pendidikan (Tarbiyah), pemilihan judul ini sebenarnya terdapat
beberapa alasan mendasar yang menjadi latar belakang kajiannya, sehingga
penelitian ini dapat dipertangung jawabkan secara akademis dan ilmiah. Adapun
alasan-alasan tersebut sebagai berikut:
1. Alasan Objektif
1.
Judul ini dipilih karena masalah
kepemimpinan merupakan salah satu penentu eksistensi
suatu organisasi.
2.
Pentingnya menelusuri Kepemimpinan
Kiai. As’ad Syamsul Arifin sebagai salah satu kiai
yang mempunyai kharismatik besar di Indonesia.
3.
Pentingnya Kepemimpinan
kharismatik untuk diteliti sebagai filter arus
transformasi pola kepemimpinan pendidikan pesantren di
era modern.
2. Alasan Subjektif
1.
Judul diatas sangat
menarik dan relevan untuk diteliti serta tidak menyimpang dari spesialisasi
keilmuan peneliti pada Jurusan Tarbiyah Program Studi kependidikan
Islam.
2.
Tersedianya
literatur-literatur pendukung sebagai referensi untuk dijadikan rujukan
penelitian.
3.
Kesediaan dan kesiapan
peneliti dalam mengkaji kepemimpinan kharismatik Kiai As’ad Syamsul
Arifin secara teoritik dan konseptual.
4.
Adanya kesediaan dosen
pembimbing untuk memberikan arahan pemikiran dan motivasi dalam penyusunan
skripsi.
5.
Adanya manfaat bagi peneliti ataupun pihak lain.
D. FOKUSKAJIAN
Perumusan masalah dalam penelitian
pustaka disebut dengan istilah fokus penelitian.[2]Adapun
fokus penelitian yang akan dikaji dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana
kepemimpinan kharismatik?
2. Bagaimana
kepemimpinan kharismatik Kiai s’ad Syamsul Arifin ?
E.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian adalah sebagai jawaban yang ingin
ditemukan dari suatu penelitian. Perumusan tujuan penelitian harus sejalan
dengan rumusan masalah penelitian.[3]
Sehubungan dengan pengertian diatas, maka dalam
penelitian ini mempunyai tujuan yang akan dicapai sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui dan mendeskripsikan Kepemimpinan kharismatik secara
toritik dan aplikatif sosial.
2.
Untuk mengetahui dan mendeskripsikan konsep kepemimpinan kharismatik.
3.
Untuk mengetahui dan mendeskripsikan realisasi Kepemimpinan kharismatik Kiai
As’ad Syamsul Arifin.
F. MANFAAT
PENELITIAN
Relevan
dengan tujuan penelitian, maka secara akademik penelitian tentang Kepemimpinan kharismatik Kiai As’ad Syamsul Arifinini
diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain :
1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat
mengembangkan atau mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh, sehingga
mendapat pengetahuan maupun pengalaman baru serta dapat mendorong dalam
menggali literatur-literatur yang berhubungan dengan Kepemimpinan kharismatik.
2. Bagi STAIN Jember, diharapkan memberikan kontribusi
pemikiran kependidikan Islam yang dapat di konsumsi dan bermanfaat sebagai
upaya inovasi ilmiyah, sekaligus memperkaya khazanah keilmuan yang cukup
aktual, strategis dan marketable serta dapat dijadikan pertimbangan bagi kajian
lebih lanjut serta memberikan cakrawala berpikir bagi teman-teman mahasiswa.
3. Bagi masyarakat secara umum, diharapkan dapat memberikan
kontribusi pemikiran terhadap Kependidikan islam, kepemimpinan, serta dengan adanya
penelitian tentang Kepemimpinan kharismatik Kiai As’ad Syamsul Arifin ini dapat
di jadikan pegangan oleh masyarakat dalam hal kepemimpinan kharismatik
khususnya mengenai kiai As’ad Syamsul Arifin.
G. DEFINISI
ISTILAH
Untuk mempermudah dalam memberikan pemahaman
dan menghidari terjadinya miskonsepsi terhadap pokok bahasan penelitian yang
berjudul Kepemimpinan Kharismatik Kiai As’ad Syamsul Arifin, maka
perlu di uraikan kata-kata yang di anggap penting, antara lain:
1.
Kepemimpinan
Kepemimpinan menurut kamus Besar
Bahasa Indonesia (2002:874) adalah cara memimpin suatu organisasi, meliputi proses
mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut
untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Tjutju Yuniarsih dan Suwatno menyatakan “Kepemimpinan adalah kemampuan dan
kekuatan sesorang (baca:pemimpin) untuk mempengaruhi (mindset) orang lain agar mau dan mampu mengikuti
kehendaknya, dan memberikan inspirasi kepada pihak lain untuk merancang sesuatu
agar lebih bermakna”.[4]
Miftah Thoha
mengemukakan bahwa “Pemimpin juga berperan sebagai simbol dan sebagai inspirasi
bagi bawahannya untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang telah diberikan
kepada mereka”.[5]
Menurut Hadari Nawawi (2006: 33)
“Kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan orang lain untuk mencapai tujuan
secara antusias melalui kerjasama yang efektif”.[6]
2.
Kharismatik
Karisma
adalah suatu kata yang berasal dari yunani yang berarti “pemberian tuhan”.
Seperti halnya kemampuan untuk memprediksi kejadian dimasa mendatang. Seorang
sosiolog Max Weber (1947)
menggunakan istilah ini untuk menjelaskan bentuk dari pengaruh suatu persepsi
terhadap bawahan yang menjelaskan bahwa pemimpin diberkahi oleh suatu kemampuan
lebih.Karisma adalah daya tarik seseorang yang tidak bisa dibeli dengan uang.
Itu adalah energi yang tidak nampak akan tetapi efeknya nyata (Marriane
Williamson).
Seorang
pemimpin yang memiliki kemampuan pribadi luar biasa muncul dengan visi yang
radikal, yang memberikan solusi atas masalah yang sedang terjadi. Hal ini
membuat para bawahan menjadi tertarik dan meyakini bahwa pimpinanya memiliki
kelebihan yang luar biasa. Selama beberapa tahun sejak Weber mengemukakan
theori itu, beberapa dari sosiolog dan polotisi telah melakukan usaha untuk
menjelaskan mengenai karisma dan menganalisis kondisis dimana hal tersebut
terjadi.
Banyak
sekali kontroversi mengenai karisma, apakah karisma itu merupakan kemampuan
khusus dari pemimpin, kondisi pekerjaan, ataukah suatu proyeksi interaktif
antar pimpinan dan bawahan. Saat ini beberapa theoritikus menganggap bahwa
karisma adalah suatu hasil dari kemampuan memahami dan mempengaruhi para
bawahan atau bawahan. Hal ini hanya bisa dilakukan oleh pemimpin yang
berkualitas dan perilaku yang sesuai dengan keadaan saat itu.
H. KAJIAN KEPUSTAKAAN
1.
Penelitian
Terdahulu
Pada baggian ini peneliti akan mencamtumkan hasil
penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang hendak dilakukan.
Dengan melakukan langkah ini, maka akan dilihat samapi sejauh mana orisinalitas
dan posisi penelitian yang hendak dilakukan. Diantara penelitian yang menkaji
tentang Kiai As’ad Syamsul Arifin adalah Penelitian dari Fuad Hasan, yang
berjudul “ Khittah pesantren Perspektif K.H.R. As’ad Syamsul Arifin”. Dalam
Skripsi tersebut, penulis membahas tentang Pemikiran Kiai As’ad Syamsul Arifin
dalam hal Khittah Pesantren.
Berbeda dengan penelitian
sebelumnya, dimana peneliti disini akan mengkaji serta akan meneliti tentang
bagaimana kepemimpinan Kharismatik dari kiai As’ad Syamsul Arifin.
2. Kajian
Teori
A.
Kepemimpinan Karismatik
Konsep
kharismatik (charismatic) atau kharisma (charisma) menurut Weber (1947) lebih ditekankan kepada
kemampuan pemimpin yang memiliki kekuatan luarbiasa dan mistis. Menurutnya, ada
lima faktor yang muncul bersamaan dengan kekuasaan yang kharismatik, yaitu :
Adanya seseorang yang memiliki bakat yang luarbiasa, adanya krisis sosial,
adanya sejumlah ide yang radikal untuk memecahkan krisis tersebut, adanya
sejumlah pengikut yang percaya bahwa seseorang itu memiliki kemampuan luarbiasa
yang bersifat transendental dan supranatural, serta adanya bukti yang berulang
bahwa apa yang dilakukan itu mengalami kesuksesan.[7]
House berpendapat bahwa seorang pemimpin karismatik mempunyai dampak yang
dalam dan tidak biasa terhadap para pengikut, mereka merasakan bahwa
keyakinan-keyakinan pemimpin tersebut adalah benar, mereka menerima pemimpin
tersebut tanpa mempertanyakannya lagi, mereka tunduk kepada pemimpin dengan
senang hati, mereka merasa sayang terhadap pemimpin tersebut, mereka terlibat
secara emosional dalam misi kelompok atau organisasi tersebut, mereka percaya
bahwa mereka dapat memberi kontribusi terhadap keberhasilan tersebut, dan
mereka mempunyai tujuan-tujuan kinerja tinggi.
a) Ciri-ciri pemimpin
Pemimpin karismatik kemungkinan akan mempunyai kebutuhan yang tinggi akan
kekuatan, rasa percaya diri, serta pndirian dalam keyakinan-keyakinan dan
cita-cita mereka sendiri. Suatu kebutuhan akan kekuasaan memotivasi pemimpin
tersebut untuk mencoba mempengaruhi para pengikut. Rasa percaya diri dan
pendirian yang kuat meningkatkan rasa percaya para pengikut terhadap
pertimbangan dan pendapat pemimpin tersebut.
b) Perilaku-perilaku kepemimpinan
Beberapa perilaku yang ditunjukkan oleh pemimpin karismatik:
1.
Para pemimpin karismatik menunjukkan
perilaku-perilaku yang dirancang untuk menciptakan kesan di antara para
pengikut bahwa pemimpin tersebut kompeten.
2.
Para pemimpin karismatik akan menekankan pada
tujun-tujuan ideologis yang menghubungkan misi kelompok dengan nilai-nilai,
cita-cita, serta aspirasi-aspirasi yang berakar dalam dan dirasakan bersama
oleh para pengikut.
3.
Para pemimpin karismatik akan menetapkan suatu
contoh salam perilaku mereka sendiri agar diikuti oleh para pengikut.
4.
Pemimpin karismatik akan mengkomunikasikan
harapan-harapan yang tinggi tentang kinerja para pengikut sedangkan pada saat
bersamaan juga mengekspresikan rasa percaya tentang kinerja para pengkut
sedangkan pada saat yang bersamaan juga mengekspresikan rasa percaya terhadap
para pengikut.
5.
Pemimpin karismatik akan berusaha berperilaku
dengan cara yang menimbulkan motivasi yang relevan bagi misi kelompok.
2) Teori Atribusi Tentang Karisma
Conger dan Kanungo menyarankan sebuah teori tentang kepemimpinan karismatik
yang didasarkan atas asumsi bahwa karisma adalah sebuah fenomena atribusi.
a)
Perilaku-perilaku kepemimpinan
Conger dan Kanungo menyatakan bahwa atribusi karisma oleh para pengikut
tergantung kepada beberapa aspek perilaku pemimpin. Perilaku-perilaku tersebut
tidak diasumsikan ada pada semua pemimpin karismatik dengan tingkat tertentu
kepada situasi kepemimpinan. Adapun perilaku-perilaku pemimpin karismatik
tersebut adalah sebagai berikut.
1.
Karisma akan diatribusikan kepada para pemimpin
yang membela sebuah visi yang sangat tidak sesuai dengan status quo, namun
masih tetap berada dalam ruang gerak yang dapat diterima oleh para pengikut.
2.
Karisma akan diatribusikan kepada para pemimpin
yang bertindak secara tidak konvensional untuk mencapai visi tersebut.
3.
Para pemimpin akan tampak karismatik bila mereka
membuat pengorbanan-pengorbanan bagi diri sendiri, mengambil risiko pribadi,
dan mendatangkan biaya tinggi untuk mencapai visi yang menreka dukung
4.
Para pemimpin yang tampak percaya diri dengan
usulan-usulannya akan dipandang lebih karismatik daripada pimpinan yang tampak
ragu-ragu.
5.
Para pengikut akan mengatribusikan karisma kepada
para pemimpin yang menggunakan personal power dan permintaan persuasif untuk
memperoleh komitmen, daripada kepada para pemimpin yang menggunakan kewenangan
atau sebuah proses pengambilan keputusan partisipatif.
b)
Ciri-ciri dan keterampilan para pemimpin karismatik
Risiko yang terkait dalam penggunaan strategi-strategi baru membuat
pentingnya para pemimpin tersebut untuk mempunyai keterampilan dan keahlian
untuk melaksanakan strategi-strategi tersebut. Ketepatan waktu bersifat kritis;
strategi yang sama dan berhasil pada suatu saat tertentu dapat sepenuhnya gagal
bila diimplementasikan terlalu cepat atau terlalu lambat. Para pemimpin perlu
untuk peka terhadap kebutuhan-kebutuhan dan nilai-nilai para pengikut dan juga
terhadap lingkungan agar dapat mengidentifikasi sebuah visi yang inovatif,
relevan, tepat waktu dan menarik.
Conger dan Kanungo mengatakan ada lima dimensi prilaku yang
harus dimiliki seorang pemimpin kharismatik, yaitu[8] :
1) Peduli terhadap
konsteks lingkungannya.
2) Memiliki
strategi dan artikulasi visi.
3) Peduli terhadap
kebutuhan pengikutnya.
4) Memiliki personal
risk, serta memiliki prilaku yang tidak konvensional.
- SIFAT PEMIMPIN
Seorang
pemimpin yang berkarisma memiliki kekuatan yang besar, rasa percaya diri yang tinggi, serta pendirian yang kuat. Sebuah tujuan yang besar memotivasi
pemimpin untuk berusaha mempengaruhi bawahannya. Seorang pemimipin yang tidak
memiliki sifat-sifat diatas akan sangat sulit untuk mempengaruhi bawahanya.
Adapun
karakteristik utama pemimpin kharismatik Conger dan Kanungo (Robins, 1996)
menguraikan , yaitu:
a.
Percaya diri, pemimpin tersebut benar-benar percaya akan
penilaian dan kemampuan yang dimilikinya.
b.
Satu visi, merupakan tujuan ideal yang mengajukan suatu
masa depan yang lebih baik.
c.
Kemampuan untuk mengungkapkan visi dengan gamblang.
Pemimpin mampu memperjelas dan menyatukan visi dalam kata-kata yang dapat
dipahami oleh orang lain. Artilkulasi ini menunjukkan suatu pemahaman akan
kebutuhan para pengikut dan oleh karena itu akan bertindak sebagai suau
kekuatan motivasi.
d.
Keyakinan kuat mengenai visi tersebut. Pemimpin
karismatik memiliki komitmen yang kuat dan bersedia mengambil risiko pribadi
yang tinggi, mengelarkan biaya tinggi, dan melibatkan diri dalam pengorbanan
untuk mencapai visi tersebut.
e.
Perilaku yang diluar aturan. Pemimpin karismatik ikut
serta dalam perilaku yang dipahami sebagai sesuatu yang baru, tidak
konvensional, dan berlawanan dengan norma-norma. Bila berhasil, perilaku ini
menimbulkan kejutan dan kekaguman para pengikut.
f.
Dipahami sebagai sebagai seorang agen perubahan. Pemimpin
karismatik dipahami sebagai agen perubahan yang radikal.
g.
Kepekaan lingkungan. Pemimpin ini mmpu membuat penilaian
yang realistis terhadap kendala lingkungan dan sumber daya yang diperlukan
untuk menghasilkan perubahan.
- PERILAKU PEMIMPIN
Para
pemimpin yang berkarisma sering menjaga perilakunnya didepan para bawahannya
agar dirinya terkesan berkompeten dibidangnya. Seorang pemimpin yang berkarisma
pandai dalam menyuarakan idiologinya yang berhubungan dengan tujuan organisasi,
sehingga dapat menciptakan aspirasi bersama yang diakomodasikan terhadap
bawahan. Keterlibatan emosi seoarang pemimpin dengan bawahanya memberikan suatu
tujuan yang jelas bagi bawahanya. Bahkan ketidakhadiran seoarang pemimpin akan
memberikan dampak yang besar bagi para bawahanya.
Pemimpin
yang berkarismatik suka memberikan contoh –contoh perilaku yang baik agar
ditiru oleh para bawahanya. Dalam proses ini pemimpin mampu memberikan kepuasan
dan motivasi kepada bawahanya. Mereka suka memberikan motivasi secara bertahap
dan berkesinambungan kepada bawahanya agar menumbuhkan rasa percaya diri yang
tinggi terhadap para bawahanya. Motivasi ditumbuhkan dengan memberikan
pujian-pujian dan daya tarik emosional kepada bawahanya. Hal ini akan
senantiasa menumbuhkan rasa percaya diri seorang bawahan dan secara tidak
langsung menghidupkan karisma seorang pimpinan.
- PROSES MEMPENGARUHI
Beberapa
teori-teori membahas mengenai bagaimana karisma seorang pemimpin mempengaruhi
bawahanya. Disana dibahas mengenai mengapa seorang bawahan begitu kuat
terpengaruh oleh karisma pimpinanya dalam menyelasaikan sebuah misi. Hal-hal
yang mempengaruhi proses pengaruh karismatik seorang pemimpin yaitu adalah:
1)
Identifikasi pribadi (personal identification),
identifikasi pribadi merupakan sebuah proses mempengaruhi yang dyadic yang
terjadi pada beberapa orang pengikut namun tidak pada yang lainnya. Proses ini
akan paling banyak terjadi pada para pengikut yang mempunyai rasa harga diri
rendah, identitas diri rendah, dan kebutuhan yang tinggi untuk menggantungkan
diri kepada tokoh-tokoh yang berkuasa. Shamir dan kawan-kawan mengakui bahwa
identifikasi pribadi dapat terjadi pada beberapa orang pengikut dari para
pemimpin karismatik, namun mereka kurang menekankan pada penjelasan tersebut
karena masih ada proses-proses lainnya.
2)
Identifikasi sosial (sosial identification).
Identifikasi sosial merupakan sebuah proses mempengaruhi yang menyangkut
defenisi mengenai diri sendiri dalam hubungannya dengan sebuah kelompok atau
kolektivitas. Para pemimpin karismatik meningkatkan identifikasi sosial dengan
membuat hubungan antara konsep diri sendiri para pengikut individual dan
nilai-nilai yang dirasakan bersama serta identitas-identitas kelompok. Seorang
pemimpin karismatik dapat meningkatkan identifikasi sosial dengan memberi
kepada kelompok sebuah identitas yang unik, yang membedakan kelompok tersebut
dengan kelompok-kelompok yang lain.
3)
Internalisasi (internalization). Para pemimpin
karismatik mempengaruhi para pengikut untuk merangkul nilai-nilai baru, namun
lebih umum bagi para pemimpin karismatik untuk meningkatkan kepentingan
nilai-nilai yang ada sekarang pada para pengikut dan dengan menghubungkannya
dengan sasaran-sasaran tugas. Para pemimpin karismatik juga menekankan
aspek-aspek simbolis dan ekspresif pekerjaan itu, yaitu membuat pekerjaan
tersebut menjadi lebih berarti, mulia, heroic, dan secara moral benar. Para
pemimpin karismatik tersebut juga tidak menekankan pada imbalan-imbalan
ekstrinsik dalam rangka mendorong para pengikut untuk memfokuskan diri kepada
inbalan-imbalan intrinsik dan meningkatkan komitmen mereka kepada
sasaran-sasaran objektif.
4)
Kemampuan diri sendiri (self-efficacy). Efikasi
diri individu merupakan suatu keyakinan bahwa individu tersebut mampu dan
kompeten untuk mencpai sasaran tugas yang sukar. Efikasi diri kolektif menunjuk
kepada persepsi para anggota kelompok bahwa jika mereka bersama-sama, mereka
akan dapat menghasilkan hal-hal yang luar biasa. Para pemimpin karismatik
meningkatkan harapan dari para pengikur bahwa usaha-usaha kolektif dan
individual mereka untuk melaksanakan misi kolektif, akan berhasil,
I.
METODOLOGIPENELITIAN
Dalam sebuah penelitian dikenal
istilah metode penelitian. Metode di sini diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang digunakan dalam sebuah penelitian. Sedangkan
penelitian itu sendiri didefinisikan sebagai upaya dalam bidang pengetahuan
yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar,
hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan sebuah kebenaran.[9]
Metode penelitian merupakan suatu kegiatan yang menuntut obyektifitas
baik di dalam proses, pengukuran maupun menganalisa dan menyimpulkan hasil
penelitian yang mementingkan aplikasi di dalam memecahkan masalah yang
mengikuti proses identifikasi masalah, observasi, analisa dan menyimpulkan. Jadi, metode ini
menjadi urgensi dalam sebuah penelitian ilmiah.
1.
Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif. Bagdan dan Taylor mendefinisikan penelitian kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan pelaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan
kualitatif ini diarahkan pada latar dan individu secara holistik.[10]
2.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian
kepustakaan
(Library Reseach) yang artinyapenelitianyang dilaksanakan dalam ruang kerja
penelitian atau dalam ruang perpustakaan, sehingga peneliti memperoleh data dan
informasi tentang obyek penelitian lewat buku-buku atau alat-alat audiovisual.[11]
Penelitian ini juga
menggunakan pendekatan Historis- Filosofis. Yang
dimaksud dengan Historis adalah proses yang
meliputi sejarah bahkan untuk memahami kenyataan situasi sekarang dan
meramalkan perkembangan yang akan datang.
Sedangkan pendekatan Filosofis adalah menganalisis sejauh mungkin
pemikiran yang diungkapkan sampai
kepada landasan yang mendasari pemikiran tersebut. pengumpulan dan penafsiran
gejala untuk memahami kenyataan.
3.
Sumber Data
Data yang diperlukan dalam
penelitian ini bersumber dari dokumen perpustakaan, terdiri atas dua jenis sumber, yakni sumber primer dan
sekunder. Sumber utama atau primer yang dikaji dalam penelitian ini adalah
buku-buku Tentang kepemimpinan kharismatik, seperti kharisma kiai As’ad di
mata umat Sedangkan buku-buku lain, artikel, majalah, dan lain-lain yang
berkaitan dengan masalah pendidikan Islam, khususnya tentang Kepemimpinan
kharismatik kiai As’ad Syamsul Arifin adalah sebagai sumber sekunder atau
penunjang.
4. Metode Pengumpulana Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi. Dengan metode ini peneliti akan berusaha untuk mencari
data-data yang memiliki relevansi dengan penelitian ini, baik dari data primer
maupun sekunder sebagaimana disebutkan di atas. Adapun alasan yang membuat
peneliti memilih metode ini adalah karena dibandingkan dengan metode lain,
metode ini tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya
masih tetap, belum berubah.[12]
5. MetodeAnalisa Data
Bogdan dan Biklen mendefinisikan analisis data sebagai upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnyamenjadi satuan yang dapat dikelola, ensintesiskannya, mencari
dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.[13] Metode analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif
Content analisis.
Content analisis merupakan analisis ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi.yang mencakup upaya
klasifikasi tanda-tanda yang di pakai dalam komunikasi dan menggunakan kriteria
sebagai dasar klasifikasi dan menggunakan tehnik analisis tertentu sebagai
pembuat prediksi.[14]
6. Uji Keabsahan Data
Dalam penelitian ini pemerikasaan
datanya menggunakan triangulasi sumber, yang berarti membandingkan dan mengecek
balik derajat kepercayaan suatu informasi
yang di perolah melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.
Adapun langkah-langkahnya ada lima,tetapi yang berkaitan langsung dengan kajian
ini yaitu langkah untuk membandingkan keadaan dan persepektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang lain.[15]
Uji keabsahan data penelitian ini juga
meliputi uji credibility (validitas internal) dalam mengukur nilai
kebenarannya, transferability (validitas eksternal) untuk penerapannya,
konsistensi di uji dengan dependbility (reliabilitas), dan uji confirmability
(obyektivitas).[16]
J. SISTEMATIKA
PEMBAHASAN
Agar pembahasan ini tidak keluar dari jalur yang telah ditentukan dan
agar lebih berarti susunannya, maka perlu
kiranya memberikan gambaran sistema pembahasan sebagai berikut:
Bab pertama adalah
pendahuluan, merupakan pertanggungjawaban
metodologis terdiri atas latar belakang masalah, alasan pemilihan judul, fokus
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, metode dan
prosedur penelitian serta sistematika pembahasan.
Bab dua, kajian
kepustakaan, pada bab ini akan dipaparkan kerangka pemikiran secara literer
yang berhubungan dengan judul penelitian ini. Dalam hal ini terdiri atas sub
bahasan mengenai pengertian Kepemimpinan
Kharismatik.
Bab tiga, berisi
hasil penelitian. Dalam bab ini akan disajikan biografi kiai As’ad Syamsul
Arifin dan Kepemimpinan Kharismatik Kiai As’ad.
Bab empat adalah
penutup, yang terdiri atas kesimpulan dan saran.
Sebagai acuan dan
data yang dihasilkan dalam penyusunan penelitian ini akan dicantumkan daftar kepustakaan dan lampiran-lampiran.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :
Rineka Cipta.
Arif , Mahmud,2008,pendidikan tranforrnatif,yogjakarta: LKiS.
Hasan, Syamsul.A, 2003, Kharisma
Kiai As’ad di mata Umat, Yogyakarta: Pustaka pesantren
Basri, Hasan, 1994, Riwayat Hidup dan perjuangannya, Surabaya:
Sahabat Ilmu.
Kartono, Kartini, 2009, Pemimpin
dan Kepemimpinan, Jakarta: Raja Grafindo
Partanto, Pius.A, dan Barry, M. Dahlan, 1994, Kamus Ilmiah
Populer, Surabaya: Arkola
Moleong,Lexy J. 2009.Metodologi Penelitian Kualitatif.Cet.
XXVI. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Muhaimin,et.al,2010, Manajemen
dan Kepemimpinan Sekolah/Madrasah, Jakarta:Kencana Prenada Media Group
Sukamto, 1999, Kepemimpinan kiai dalam pesantren,
Jakarta: Pustaka LP3ES
Tim Penyusun. 2009.Buku
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa, Jember: STAIN.
Wiariadiharja, Moeftie, Dimensi
kepemimpinan dalam manajemen, Jakarta: Balai Pustaka
Miftah
Thoha .Kepemimpinan Dalam Manajemen
Hadari Nawawi, et.al. 2006. Kepemimpinan yang Efektif. Yogyakarta : UGM Press
Hadari Nawawi, et.al. 2006. Kepemimpinan yang Efektif. Yogyakarta : UGM Press
Weber, Max,
1947. The Theory of Social and Economic Organization. Diterjemahkan oleh A.M.
Henderson dan Talcott Parsons. New York USA: Oxford University Press.
Judul
Charismatic Leadership In Organizations Pengarang Conger, Jay A. ; Kanungo,
Rabindra N. ; Institusi Sage Tahun Terbit 1998 Kode Panggil 658,4092, Con, c
Desc Fisik 288 hal. Subyek Executive ability;Leadership;Organizational
effectiveness Lokasi PDII-umu Daftar Pustaka Bidang Ilmu : Manajemen | Akses
Terahir : 2011-12-28 | | Hits : 6/0
Conger, J.A.,
& Kanungo, R.N., (1987), “Toward a Behavioral Theory of Charismatic
Leadership in Organizational Setting”, Academy of Management Review, 12(4):
637-647.
http://digilib.sunan-ampel.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptiain--ummilailan-9476
[1]Muhaimin, et. al, Manajemen
dan Kepemimpina Sekolah/Madrasah, (2010) Jakarta:Kencana Prenada Media
Group, hal : 29
[3]Sitorus, Berkenalan Dengan Sosiologi: Jilid
II, (Jakarta: Erlangga, 2000), 72
[4] Tjuju Yuniarti &
suwatno, 2008, manajemen sumber daya manusia teori, aflikasi dan isu
penelitian, Bandung: CV. Alfabeta hal 165
[6] Nawawi, Hadari, 2006, Manajemen Sumber Daya Manusia : Untuk Bisnis Yang Kompetitif,
Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Hal 33
[7] Max Weber, 1947.
The Theory of Social and Economic Organization. Diterjemahkan oleh A.M.
Henderson dan Talcott Parsons. New York USA: Oxford University Press. Hal 152
[8] Conger, Jay A. Kanungo, Rabindra N,
1998. Charismatic Leadership In Organizations, Institusi Sage, hal 45.
[11]Kinaya Djojosuroto dan M.L.A.
Sumaryati, Prinsip-prinsip Dasar Penelitian Bahasa dan Sastra (Bandung:
Nuansa, 2004), 10
[12] Suharsimi Arikunto, Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek(Jakarta : Rineka Cipta,
2006), 231
[13] Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian
Kualitatif, Cet. XXVI, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), 248
[14]Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif
(Yogyakarta: Rake Sarasir, 2000), 8
[16]Sugiyono, Metode Pendekatan, 366-378.