KAJIAN
FILSAFAT
TELAAH
KRITIS ATAS PEMIKIRAN IBNU SINA
Oleh
: Andi amin
A.
PENDAHULUAN
Ibnu sina adalah
sosok pemikir yang dikenal sangat unik. Sebab ia mahir dalam segala hal bidang
ilmu pengetahuan. Ia adalah satu - satunya filosof besar Islam yang telah
berhasil membangun sistem filsafat yang lengkap dan terperinci, suatu sistem
yang telah mendominasi tradisi filsafat muslim beberapa abad
Pengaruh ini terwujud bukan hanya karena sistem yang ia miliki itu
menampakkan keasliannya yang menunjukkan jenis jiwa yang jenius dalam menemukan
metode - metode dan alasan - alasan yang diperlukan untuk merumuskan kembali
pemikiran rasional murni dan tradisi intelektual Hellenisme yang ia warisi dan
lebih jauh lagi dalam sistem keagamaan Islam.
B.
BIOGRAFI
Nama lengkap Ibnu Sina adalah Abu Ali Husain Ibn Abdillah Ibn Sina.
Ia lahir pada tahun 340 H/980 M di Asfshana, suatu tempat dekat Bukhara. Orang
tuanya adalah pegawai tinggi pada pemerintahan Dinasti Saman. Sejak masa
kanak-kanak, Ibn Sina yang berasal dari keluarga bermadzhab Ismailiyah sudah
akrab dengan pembahasan ilmiah terutama yang disampaikan oleh ayahnya.
Kecerdasannya yang sangat tinggi membuatnya sangat menonjol sehingga salah
seorang guru menasehati ayahnya agar Ibn Sina tidak terjun ke dalam pekerjaan
apapun selain belajar dan menimba ilmu.
Kesibukannya di pentas politik di istana Mansur, raja dinasti
Samani, juga kedudukannya sebagai menteri di pemerintahan Abu Tahir Syamsud
Daulah dan konflik politik yang terjadi akibat perebutan kekuasaan antara
kelompok bangsawan, tidak mengurangi aktivitas keilmuan Ibn Sina. Bahkan safari
panjangnya ke berbagai penjuru dan penahanannya selama beberapa bulan di
penjara Tajul Muk, penguasa Hamedan, tak menghalangi beliau untuk melahirkan
ratusan jilid karya ilmiah dan risalah.
Ketika berada di istana dan hidup tenang serta dapat dengan mudah
memperoleh buku yang diinginkan, Ibn Sina menyibukkan diri dengan menulis kitab
Qanun dalam ilmu kedokteran atau menulis ensiklopedia filsafatnya yang dibeni
nama kitab Al-Syifa’. Namun ketika harus bepergian beliau menulis buku-buku
kecil yang disebut dengan risalah
Dengan ketangkasan dan kepandaian yang dia miliki ia mudah menagkap
semua pelajaran dan buku yang dia baca dalam waktu singkat. Namun kendati
demikian ibn sina mengalami kesulitan ketika berusaha memahami ilmu metafisika
aristoteles. Meski sudah membaca berulang hingga 40 kali, ia masih termenung
dan belum menemukan titik terangnya. Baru setelah ia membaca Agradhu kitab ma
waraet thabie’ah li li Aristho-nya Al-Farabi (870 - 950 M), semua persoalan
mendapat. Maka dengan tulus ikhlas dia mengakui bahwa dia menjadi murid yang
setia dari Al-Farabi.
Sesudah itu ia mempelajari ilmu kedokteran pada Isa bin Yahya. Belum
lagi usianya melebihi enam belas tahun, kemahirannya dalam ilmu kedokteran
sudah dikenal orang, bahkan banyak orang yang berdatangan untuk berguru
kepadanya. Ia tidak cukup dengan teori - teori kedokteran, tetapi juga
melakukan praktek dan mengobati orang - orang sakit.
Sewaktu berumur 17 tahun ia telah dikenal sebagai dokter dan atas
panggilan Istana pernah mengobati pangeran Nuh Ibn Mansur sehingga pulih
kembali kesehatannya. Sejak itu, Ibnu Sina mendapat sambutan baik sekali, dan
dapat pula mengunjungi perpustakaan yang penuh dengan buku - buku yang sukar
didapat, kemudian dibacanya dengan segala keasyikan. Karena sesuatu hal,
perpustakaan tersebut terbakar, maka tuduhan orang ditimpakan kepadanya, bahwa
ia sengaja membakarnya, agar orang lain tidak bisa lagi mengambil manfaat dari
perpustakaan itu.
Ibn Sina wafat pada tahun 428 hijriyah pada usia 58 tahun. Beliau
pergi setelah menyumbangkan banyak hal kepada khazanah keilmuan umat manusia
dan namanya akan selalu dikenang sepanjang sejarah. Ibn Sina adalah contoh dari
peradaban besar Iran di zamannya.
C.
HASIL
KARYA IBN SINA
Meski disibukkan dengan berbagai aktifitas yang padat, Ibn Sina
masih bias menyusun beberapa karya besar dalam sejarah hidup ilmuwan
setelahnya. Di antara buku-buku dan risalah yang ditulis oleh Ibn Sina, antara
lain :
·
al-Syifa’,
buku ini terdiri dari 18 jilid dengan empat bagian pembahasan, yaitu logika,
fisika, matematika dan metafisika.
·
Al-Qanun
atau yang lebih dikenal dengan canon of medicine adalah karya Ibn Sina dalam
ilmu kedokteran. Buku ini pernah diterjemahkan kedalam bahasa latin dan
menjadi acuan di universitas-universitas Eropa.
·
Al-hikmah
al-masyriqiyyah, buku ini menuai kontroversi dalam pembahasannya. Beberapa
ilmuan menyebutkan bahwa buku ini lebih menitik beratkan pembahasan tasawuf.
Sedangkan sebagian yang lain mengatakan bawa karya Ibn Sina yang satu ini
memuat pembahasan filsafat timur untuk mengimbangi filsafat barat.
·
Al-najat,
buku ini merupakan ringkasan al-syifa’.
·
Al-syarat
wa al tanbihat, merupakan buku terakhir dan terbaik yang dipersemabahkan Ibn
Sina dalam dunia ilmiyah. Buku ini diterbitkan berkali-kali dan diterjemah
kedalam berbagai bahasa.
·
Risalah
itsbat al-nubuwah li Ibn Sina,
·
Dan
karya-karya lainnya.
D.
FILSAFAT
PEMIKIRANNYA
a.
Tentang
wujud
Berbicara mengenai hal yang ada (maujudat), ibnu sina
mengklasifikasikan segala maujudat menjadi dua. Yaitu yang wajib dan yang
mungkin.
Hal yang wajib adalah sesuatu yang yang tidak dapat digambarkan
tidak adanya. Sedangkan yang mungkin itu adalah sesuatu yang yang terbayang
adanya dan disamping terbayang pula tidak adanya.
Hal yang wajib terbagi menjadi dua lagi, yaitu wajib bidzatihi dan
dan wajib bighairihi. Wajib bidzatihi adalah sesuatu yang adanya tidak
tergantung pada sebab adanya yang lain. Dan karena itulah wajib bidzatihi ini
hanya untuk tuhan saja. Untuk hal ini ibn sina memakai istilah al-mabdaul awwal
atau al awwal saja.
Sedangkan wajib bighairihi adalah sesuatu yang adanya berasal dari
sesuatu yang lain. Hal ini meliputi semua mahluk. Misalnya, angka 4 merupakan
hasil dari 3+1, 2 x 2, atau 2+2. wajib bighairihi ini di sebut juga dengan
mumkin bidzatihi.
Hal yang mungkin juga terbagi menjadi dua bagian. Pertama mumkin
bidzatihi seperti yang telah disebutkan diatas. Dan kedua mumkin bighairihi
yaitu sesuatu yang terbayang adanya karena sebab lain juga. Misalnya kelahiran
seorang anak itu mungkin disebabkan perkawinan dari kedua orang tuanya.
b.
teori
fisika
ibn sina berpendapat bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini
berada dalam gerak. Kajian yang dikemukakan ibnu sina dalam masalah ini adalah
bersifat teori. Yang objek kajiannya adalah segala maujudat.
Gerak ada dua
macam yaitu :
- Gerak paksaan (harakah qahriah) yang timbul sebagai akibat dorongan dari luar dan yang menimpa sesuatu benda kemudian menggerakkannya.
- Gerak bukan paksaan, dan gerak ini terbagi menjadi dua yaitu :
a. Gerak sesuai dengan ketentuan hukum alam,
seperti jatuhnya batu dari atas ke bawah.
b. Gerak
yang terjadi dengan melawan hukum alam,
seperti manusia yang berjalan di bumi, sedang berat badannya seharusnya
menyebabkan ia diam, atau seperti burung yang terbang menjulang di udara, yang
seharusnya jatuh (tetap) di sarangnya di atas bumi. Gerak yang berlawanan
dengan ketentuan alam tersebut menghendaki adanya penggerak khusus yang
melebihi unsur – unsur benda yang bergerak. Penggerak tersebut ialah jiwa.
Pengenalan
(pengetahuan) tidak dimiliki oleh semua mahluk, tetapi hanya di miliki oleh
sebagiannya. Yang memiliki pengenalan ini menunjukkan adanya kekuatan –
kekuatan lain yang tidak terdapat pada lainnya. Begitulah isi dalil
natural-psikologi dari Ibnu Sina yang didasarkan atas buku De Anima (Jiwa) dan
Physics, kedua – duanya dari Aristoteles.
c.
ilmu jiwa
Menurut Ibnu Sina jiwa manusia merupakan satu unit yang tersendiri
dan mempunyai wujud terlepas dari badan. Jiwa manusia timbul dan tercipta tiap
kali ada badan, yang sesuai dan dapat menerima jiwa, lahir didunia ini. Sungguh
pun jiwa manusia tidak mempunyai fungsi - fungsi fisik, dan dengan demikian tak
berhajat pada badan untuk menjalankan tugasnya sebagai daya yang berfikir, jiwa
masih berhajat pada badan karena pada permulaan wujudnya badanlah yang menolong
jiwa manusia untuk dapat berfikir.
d.
metafisika
Dalam segi metafisika terdapat kedalaman dan pembaharuan yang
menyebabkan dia mendekati pendapat - pendapat filosof modern.
Pengaruh Ibnu Sina dalam soal kejiwaan tidak dapat diremehkan, baik
pada dunia pikir Arab sejak abad ke sepuluh Masehi sampai akhir abad ke 19 M,
terutama pada Gundisallinus, Albert the Great, Thomas Aquinas, Roger Bacon dan
Dun Scot[17].
Pemikiran terpenting yang dihasilkan Ibnu Sina ialah falsafatnya
tentang metafisika. Sebagaimana Al-Farabi, ia juga menganut faham pancaran.
Dari Tuhan memancar akal pertama, dan dari akal pertama memancar akal kedua dan
langit pertama, demikian seterusnya sehingga tercapai akal ke sepuluh dan bumi.
Dari akal ke sepuluh memancar segala apa yang terdapat di bumi yang berada
dibawah bulan. Akal pertama adalah malaekat tertinggi dan akal kesepuluh adalah
Jibril.
Pemikiran ini berbeda dengan pemikiran kaum sufi dan kaum
mu’tazilah. Bagi kaum sufi kemurnian tauhid mengandung arti bahwa hanya Tuhan
yang mempunyai wujud. Kalau ada yang lain yang mempunyai wujud hakiki disamping
Tuhan, itu mngandung arti bahwa ada banyak wujud, dan dengan demikian merusak
tauhid. Oleh karena itu mereka berpendapat : Tiada yang berwujud selain dari
Allah swt. Semua yang lainnya pada hakikatnya tidak ada. Wujud yang lain itu
adalah wujud bayangan. Kalau dibandingkan dengan pohon dan bayangannya, yang
sebenarnya mempunyai wujud adalah pohonnya, sedang bayangannya hanyalah gambar
yang seakan – akan tidak ada. Pendapat inilah kemudian yang membawa kepada
paham wahdat al-wujud (kesatuan wujud), dalam arti wujud bayangan bergantung
pada wujud yang punya bayangan. Karena itu ia pada hakekatnya tidak ada;
bayangan tidak ada. Wujud bayangan bersatu dengan wujud yang punya bayangan.
Ibnu Sina berpendapat bahwa akal pertama mempunyai dua sifat : sifat
wajib wujudnya sebagai pancaran dari Allah, dan sifat mungkin wujudnya jika
ditinjau dari hakekat dirinya atau necessary by virtual of the necessary being
and possible in essence. Dengan demikian ia mempunyai tiga obyek pemikiran :
Tuhan, dirinya sebagai wajib wujudnya dan dirinya sebagai mungkin wujudnya.
Dari pemikiran tentang Tuhan timbul akal - akal dari pemikiran tentang dirinya sebagai
wajib wujudnya timbul jiwa - jiwa dari pemikiran tentang dirinya sebagai
mungkin wujudnya timbul di langit. Jiwa manusia sebagaimana jiwa - jiwa lain
dan segala apa yang terdapat di bawah Bulan, memancar dari akal ke sepuluh.
E.
PENUTUP
¨ Ibnu Sina memiliki pemikiran keagamaan
yang mendalam. Pemahamannya mempengaruhi pandangan filsafatnya. Ketajaman
pemikirannya dan kedalaman keyakinan keagamaannya secara simultan mewarnai alam
pikirannya. Ibnu Rusyd menyebutnya sebagai seorang yang agamis dalam
berfilsafat, sementara al-Ghazali menjulukinya sebagai Filsuf yang terlalu
banyak berfikir.
¨ Menurut Ibnu Sina bahwa alam ini
diciptakan dengan jalan emanasi (memancar dari Tuhan). Tuhan adalah wujud
pertama yang immateri dan dariNyalah memancar segala yang ada.
¨ Tuhan adalah wajibul wujud (jika tidak ada
menimbulkan mustahil), beda dengan mumkinul wujud (jika tidak ada atau ada
menimbulkan tidak mujstahil).
F.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Ahwan dan Ahmad Fuad. 1984. Filsafat Islam.
Jakarta: Pustaka Firdaus.
Busyairi, Madjidi. 1997. Konsep Kependidikan Para
filosof Muslim. Yogyakarta: Al-Amin Press.
Daudy, Ahmad. 1986. Kuliah Filsafat Islam.
Jakarta: Bulan Bintang.
Hanafi, Ahmad. 1986. Pengantar Filsafat Islam.
Jakarta: Bulan Bintang.
Nasution, Harun. 1996. Islam Ditinjau dari
Berbagai Aspeknya. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Poerwantana, dkk. 1993. Seluk Beluk Filsafat Islam.
Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.
0 komentar:
Posting Komentar